Pengalaman Jalan-Jalan Ke Candi Borobudur

Assalamu’alaikum sahabat sekalian, apa kabar kalian hari ini? Baik –baik saja kan? Semoga senantiasa sehat dan banyak rezeki ya, amin. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi artikel Pengalaman Jalan-Jalan Ke Candi Borobudur. Candi Budha ini memang sangat megah karena memang merupakan candi terbesar di Dunia. Letaknya yang berada di puncak bukit membuatnya semakin tampak megah dan kokoh. Borobudur dibangun diatas bukit dengan ketinggian 265 m diatas permukaan air laut. Bagi anda yang suka dengan dunia fotografi, tampaknya lokasi Borobudur tepat buat anda. Dari segala sudut berfoto dengan candi ini sangatlah bagus. Apalagi jika anda ingin berfoto dengan pemandangan alam saat berada di puncak candi, pasti anda akan sangat terkesan dengan hasilnya.


Baca Juga :
Pengalaman Saya Jalan-Jalan ke Setu Babakan
Jalan-Jalan Ke Jembatan Kelok 9

Dengan koleksi relief terlengkap dan terbanyak di dunia, menjadikan candi ini mampu membius pada wisatawan baik lokal maupun asing. Saya pergi kesana bersama istri dan anak saya yang ketiga. Kami pergi kesana tidak sendiri, karena masih banyak teman-teman satu kantor yang lain dan keluarganya ikut ke Borobudur. Kebetulan saat itu kantor saya sedang ulang tahun, jadi seluruh karyawan perusahaan diajak pergi dan dibiayai sepenuhnya oleh perusahaan. Kami pergi dengan menggunakan 12 Bus dari Hotel tempat kami menginap. Dengan jarak tempuh sekitar 35 km, kami menempuh perjalanan selama 1 jam menuju ke Candi yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia itu.

Sesampainya disana, rasa kagum luar biasa menyelimuti kami semua. Terutama bagi orang-orang yang belum pernah menginjakkan kaki di candi yang dikelilingi oleh dua gunung kembar yaitu Gunung Sundoro-Sumbing dan Gunung Merbabu-Merapi ini. Kamipun berbondong-bondong berjalan menuju candi. Saat berada di tepian candi, saya dan istri menyempatkan diri berfoto di tengah terik matahari yang memang saat itu sudah menunjukkan jam sebelas siang. Berbagai posisi foto saya ambil baik itu dibawah tangga naik, disamping taman depan candi, di tangga pertama dan tempat-tempat lainnya.

Tidak lupa juga saya dan teman-teman saling bertukar minta difoto dan rasa bahagia tampak di wajah kami waktu itu. Berhubung istri saya menggendong anak saya yang paling kecil, maka untuk naik ke puncak saya tidak mengajaknya. Yang saya ajak saat itu teman satu ruang kerja saya yang juga sedang membawa istrinya yang hamil. Sehingga istri saya dan istri teman saya tadi bergabung dan menunggu dibawah, sedangkan kami berdua naik keatas untuk berfoto-foto ria. Semakin keatas, tangga menuju ke puncak semakin curam dan kami membutuhkan kehati-hatian yang super ekstra untuk bisa sampai di puncak. Setelah sampai dipuncak dan berfoto-foto dengan puas, kami berdua memutuskan untuk turun dan menemui istri kami masing-masing.

Itulah tadi Pengalaman Jalan-Jalan Ke Candi Borobudur. Semoga artikel yang singkat ini bisa sedikit memberi wawasan dan pengetahuan kita tentang keindahan Candi Borobudur. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, wassalamu’alaikum.       

Akhir-Akhir Ini Saya Sudah Bosan Nonton Sepakbola

Assalamu’alaikum sahabat sekalian, apa kabar kalian hari ini? Semoga senantiasa tetap dalam lindunganNya ya, amin. Pada kesempatan kali artikel saya sangat sederhana yang saya beri judul “Akhir-Akhir Ini Saya Sudah Bosan Nonton Sepakbola”. 


Entah mengapa setahun terakhir ini saya bosan nonton sepakbola. Khususnya acara sepakbola yang ditayangkan di televisi. Baik itu sepakbolah dalam negeri maupun sepakbola luar negeri. Dulu memang saya penggemar berat tontonan sepakbola.

Baca Juga :
5 Olahraga Yang Paling Suka Saya Tonton  
Pengalaman Saya Jalan-Jalan ke Setu Babakan

Sampai-sampai saya bisa menghafal nama-nama pesepakbola terutama bila dia bermain di liga-liga terbaik di eropa seperti Liga Inggris, Liga Italy, Liga Spanyol dan Liga Jerman. Kegemaran saya mengikuti acara sepakbola baik dari acara siaran langsung, berita sepakbola, gosib seputar pemain bola, membuat saya sangat meresapi olahraga yang satu ini.

Tapi sekarang kegemaran itu sudah mulai pudar seiring berjalannya waktu. Semakin lama pekerjaan saya semakin banyak. Persoalan hidup juga semakin banyak. Sehingga untuk memikirkan jadwal sepakbola saya sudah tidak sempat lagi.

Kalau dulu saya bisa rutin menonton sepakbola setiap akhir pekan dan tengah pekan. Sekarang ini sekali sebulanpun saya sudah jarang menonton. Sehingga banyak teman-teman kantor saya yang heran saat mereka bertanya pada saya tentang sepakbola terus saya jawab tidak tahu.

Ini karena dulu pada saat saya masih update tentang sepakbola, hampir semua informasi tentang sepakbola saya bisa tahu, mulai dari jadwal, transfer pemain, gosib terhangat dan isu-isu seputar sepakbola semua saya tahu. Sehingga teman-teman jika ingin tahu sesuatu tentang seputar sepakbola, kadang-kadang mereka tanya pada saya.

Kini, saya sudah tidak lagi memikirkan semua itu. Karena bagi saya semua itu tidak penting buat saya. Menonton sepakbola tidak akan membuat saya lebih kaya, dan tidak akan membuat saya lebih baik. Justru sebaliknya, banyak menonton sepakbola hanyalah buang-buang waktu, hidup tidak lebih produktif dan membuat hidup jadi malas dan sering mengantuk. 

Sekarang keadaan saya semakinbaik. Karena saya bisa fokus pada urusan keluarga. Saya bisa istirahat lebih cepat dari sebelumnya. Waktu istirahat jadi normal kembali seperti saat saya masih muda. Saya tidak bergadang hanya untuk menonton hal-hal yang sia-sia. Kecuali jika saya memang harus bergadang untuk urusan yang penting dan untuk masa depan saya dan keluarga.

Demikianlah artikel sederhana dari saya kali ini yang berjudul “Akhir-Akhir Ini Saya Sudah Bosan Nonton Sepakbola”. Walaupun sederhana dan tidak berbau informasi yang penting, paling tidak saya sudah menuangkan cerita saya di blog ini dan membuat saya lebih lega bisa menceritakannya pada kalian semua. Terima kasih sudah berkunjung, wassalamu’alaikum.

Menikmati Soto Sedap Boyolali Hj. Widodo

Assalamu'alaikum sahabat sekalian, bagaimana kabar kalian saat ini, semoga baik dan sehat selalu ya. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin sedikit berbagi pengalaman pribadi tentang kuliner. Kali ini saya akan berbagi artikel yang saya beri judul "Menikmati Soto Sedap Boyolali Hj. Widodo". Pengalaman ini saya dapatkan ketika saya kebetulan sedang lewat di Jl. Jambore Cibubur depan SMP Al-Azhar Cibubur Jakarta. Awalnya sih saya tidak bermaksud mampir ke warung soto yang sudah memiliki lebih dari 10 outlet tersebut. Sebelum memutuskan untuk mampir, saya berangkat dari Kebagusan Pasar Minggu Jakarta Selatan menuju ke Cileungsi Bogor Jawa Barat.
Baca Juga : 
Dua Mantan Presiden Kita Ternyata Langganan di Tukang Bakso Ini

Saya berangkat dengan istri dan anak saya yang kedua sejak Jam 5 pagi. Saat posisi perjalanan kami sudah sampai di depan Rumah Sakit Pasar Rebo, saya bertanya pada istri "mau lewat mana?", istri menjawab "ya lewat biasanya lah", terus istri kembali melanjutkan "Aku tuh pengen nyobain Soto Sedap Boyolali Hj. Widodo". Dari pembicaraan tadi maka kami berdua bersepakat untuk sarapan pagi di sana bersama dengan anak saya yang kecil. Di tengah perjalanan saya sempat tanya pada istri saya jam berapa buka warung buka, dia menjawab jam 06 - 21 WIB. Pada jam 5 lebih 50 menit kamipun sampai di rumah makan tersebut. 

Namun pagar parkiran masih tertutup dan hanya tersedia ruang untuk masuk motor saja. Sayapun masuk saja dan memarkir motor di tempat parkir yang sudah disediakan. Saat itu kondisi tempat makan sedang beres-beres dan menata ruangan. Saya menghampiri salah satu karyawan dan bertanya jam berapa bukanya, dijawab bahwa bukanya jam setengah 7. Akhirnya saya menunggu setengah jam lagi agar bisa sarapan pagi di tempat makan tersebut. Agar tidak jenuh, saya mengajak anak berkeliling sekitaran parkiran sambil ngemong melihat berbagai kendaraan yang lewat di depan rumah makan soto sedap Boyolali Hj. Widodo. 

Tak lama berselang istri saya memanggil dan mengajak masuk ke rumah makan dan ternyata rumah makan soto sudah dibuka. Kami tidak sendirian ketika masuk, banyak keluarga yang lain juga yang bersuyun-duyun mencari meja mereka masing-masing. Kalau kami memilih meja yang sebelah tengah, karena ukurannya kecil yaitu untuk empat orang. Kemudian saya segera memesan 2 mangkuk soto daging nasi dipisah dan 2 gelas teh manis panas. Sayapun segera duduk dan tampak didepan meja saya sudah tertata rapi kecap, sambal, jeruk nipis, tempe goreng, sate paru, sate telor, sate ati ampela dan lain-lain. Baru mau ngobrol sama istri, ehhh tiba-tiba soto pesanan sudah datang. Pesanan istri saya sesuai yaitu soto daging dengan nasi dipisah, sedangkan kalau saya menerima semangkok nasi soto sudah bercampur dengan nasi ditambah sepiring nasi putih.

Saat itu saya tidak menyadari bahwa nasi soto yang saya terima tadi ternyata salah, seharusnya soto yang saya terima kosong tanpa nasi. Tapi hal ini bukan kesalahan saya tapi jelas kesalahan karyawan yang berjilbab tersebut, dan tak lama berselang pelayan menghampiri saya kembali untuk meminta maaf karena salah orang, namun saya tidak mau mengembalikan soto yang sudah saya aduk. Sayapun sebenarnya sempat dongkol, tapi mau dibilang apa, nasi sudah menjadi bubur. Saya dan istri langsung menyantap soto tersebut. Baru beberapa sendok saja anak saya sudah rewel minta turun dari kursi dan mau jalan, namun istri merayu-rayu agar tidak turun dengan memberikan tempe goreng ditangan. Melihat hal itu, saya langsung mempercepat makan hingga habis. 

Berbicara tentang pendapat saya soal soto ini, menurut saya dagingnya terlalu sedikit, tidak ada toge jadi kurang krius, bumbu sotonya juga kurang berasa namun tetap terasa kesegarannya. Setelah habis segera saya menurunkan anak dari gendongan bundanya dan membawanya keluar rumah makan. Ini bertujuan agar istri saya bisa melanjutkan makannya tanpa terganggu oleh anak. Setelah istri menghabiskan makannya, saya dipanggil ke dalam rumah makan untuk menyudahi sarapan pagi di soto sedap Boyolali tersebut. Sambil istri membereskan bawaannya dan menggendong anak saya, saya kemudian menuju ke kasir untuk memesan 1 bungkus lagi untuk dibawa pulang. 

Hitung-hitungan pun dimulai, saat itu saya pesan 3 soto, 3 gorengan, 1 sate, 2 teh manis anget dan semua itu harus saya bayar 54.000. Disini saya masih ada ganjalan karena nasi saya yang dihitung adalah nasi yang dipisah, padahal saya diberi nasi yang sudah dicampur, masalahnya karena keduanya punya harga yang berbeda. Tapi ya sudahlah, ini bisa saya jadikan sebagai pelajaran saja supaya masa-masa berikutnya bisa lebih berhati-hati.

Demikianlah artikel yang saya buat dengan judul "Menikmati Soto Sedap Boyolali Hj. Widodo". Semoga tulisan saya ini bisa menambah wawasan sahabat dan menambah opsi baru jika ingin merasakan masakan daerah lain. Terimakasih sudah membaca, wassalamu'alaikum

Kategori

Kategori