Bisnis Makanan Cireng Salju Yang Beromzet Ratusan Juta

Cireng adalah camilan atau makanan yang bersih dan higienis, itulah konsep camilan khas Jawa Barat ini. Setiap hari lebih dari satu setengah ton tepung tapioka bersama sejumlah rempah-rempah lainnya diolah menjadi cireng. Tanpa bahan pengawet dan tanpa penyedap rasa. Resep ini didapat dari sejumlah percobaan demi demi menghasilkan cireng yang lembut meski didiamkan cukup lama.

Image : cirengsalju.com

Proses pembuatan pun dilakukan secara sistematis mulai dari pengolahan, pengadukan, pengeringan hingga pendinginan. Semua kegiatan produksi berlangsung di Serpong Tangerang Jawa Barat. Empat tahun berjalan, usaha tersebut mampu memproduksi 2.500 hingga 3.000 bungkus per hari. Di dalam satu bungkus ada 20 cireng dan dijual seharga Rp. 18.000.

Dikemas bersama sambal rujak atau kacang, cireng mampu tahan empat hari dalam suhu normal, dua minggu di lemari pendingin, hingga satu bulan jika disimpan di freezer. Bisnis Cireng Salju dimulai sejak tahun 2011 oleh tiga orang sahabat. Mereka adalah Muhammad Catur Gunadi, Najib Wahab Mauludin dan Dhimas Ari Tedjo.

Masing-masing memiliki peran tersendiri. Ada yang bertanggung jawab mengawasi produksi, pemasaran, hingga usaha secara keseluruhan. Mereka bertiga juga masih bekerja di salah satu perusahaan nasional terbesar di Indonesia. Usaha mereka ini memang sebuah aplikasi dari tempat mereka bekerja saat ini.

Tiga sahabat ini juga mampu mengontrol sistem dan kontrol dengan baik. Adapun komunikasinya, biasanya mereka menggunakan media sosial grup sehingga usaha mereka ini tetap berjalan dengan baik. Usaha yang bermodal awal dibawah Rp. 100.000 ini kini memiliki 25 tenaga kerja. Mereka juga melibatkan lebih dari 30 distributor di seluruh Indonesia untuk membantu penjualan.

Anda tahu berapa onzetnya? Ternyata omzetnya tidak main-main, Rp. 400 juta setiap bulannya. Salah satu konsumen kudapan ini adalah artis cantik bernama Celine Evangeline. Menurutnya artis tersebut, Cireng Salju memiliki rasa yang gurih dan tidak terlalu berminyak. Karena menurut Celine kebanyakan cireng-cireng lainnya menyerap minyak namun Cireng Salju tidak.

Walaupun sempat mengalami kendala pada sumber daya manusia dan kekurangan bahan baku saat musim penghujan tiba, UKM ini tetap berjalan bahkan terus berkembang hingga kini. Sungguh suatu usaha kreatif yang memotivasi kita bukan?


Sumber : Net Tv

Es Buah Bunuh Diri, Porsi Besar Harga Murah

Nama warung atau jenis kuliner memang terkadang banyak diambil dari citarasa apa yang disajikan. Nah, di Solo ada pedagang es buah yang menamakan produknya dengan sebutan Es Buah Bunuh Diri. Apakah anda sudah bisa membayangkan maksudnya? Ternyata warung es buah ini memiliki cerita tentang salah satu pelanggannya. Dan ceritanya memang cukup konyol.

Image : imgrum.org

Seorang mahasiswa jurusan olahraga di Solo pernah ada yang memesan es buah ini setelah ia selesai melaksanakan kegiatan di lapangannya. Nah, setelah ia selesai memesan dan dihidangkan es buah ini, iapun langsung menyantapnya. Karena lahapnya menyantap es buah, mahasiswa inipun akhirnya kekenyangan dan akhirnya mengantuk. Saking mengantuknya, iapun tertidur di warung es buah tersebut.

Baca Juga :
Gudeg Jogja, Sebuah Masakan Khas Yang Sangat Terkenal di Nusantara
Fakta Dibalik Jajanan Pasar Khas Indonesia

Menurut sang pemilik warung es buah yakni Ahmadi Mustofa, peristiwa lucu tersebut terjadi pada tahun 2010. Menurut penuturannya, kebanyakan pelanggannya berasal dari kalangan mahasiswa khususnya dari UNS. Khususnya bagi mahasiswa-mahasiswa jurusan keolahragaan. Biasanya mereka setelah dari Stadion Manahan dan lapangan-lapangan lainnya, banyak yang mampir ke warungnya. Nah, kisah mahasiswa yang kekenyangan dan ketiduran (klenger) itulah yang menjadi ide bagi penamaan warungnya.

Jadi apakah anda tertarik mencoba Es Bunuh Diri? Ya, warung es buah Ahmadi Mustofa ini berada di kawasan kampung Badik Kauman Solo. Tepatnya di sebelah barat Toko Batik Gunawan Setiawan. Buka mulai pukul 10 hingga jam 6 sore, warung ini cukup menjadi sasaran pembeli. Minuman yang terdiri dari buah-buahan lengkap, janggelan, rumput laut dan tambahan susu ini disajikan dengan mangkuk yang berukuran besar. Pengunjung bisa menikmati Es Buah Bunuh Diri ini dengan membayar Rp. 6.000 saja.

Dengan porsi yang berukuran jumbo, es ini tergolong sangat murah. Buah dikupas dadakan setelah ada pembeli yang memesan. Hal ini dilakukan untuk menjaga buah tetap segar. Dalam sehari warung ini bisa melayani kurang lebih 500 pembeli.





Sumber : Solopos Tv







Mengenal Batik Pekalongan, Sebagai Kota Produksi Batik Terbesar di Indonesia

Predikat Kota Batik tak serta merta melekat pada salah satu kota di Jawa Tengah Ini. Dunia perBatikan di Pekalongan sudah dimulai pada Abad ke 18. Di kota ini, Batik yang awalnya hanya dipergunakan di lingkungan elite mampu berkembang menjadi produk handal yang bisa digunakan semua kalangan. Pertumbuhan industri Batik semakin tinggi.

Image : flickr.com

Didukung diberlakukannya ekonomi kerakyatan tahun 1950. Sejak saat itulah, muncul berbagai rumah produksi kerajinan Batik yang tersebar seantero Pekalongan. Salah satu industri Batik yang bisa dijadikan refernsi adalah Batik Nurlaba. Industri Batik ini lebih menitikberatkan pada karya cap. Teknik yang mereka gunakan bukan canting, melainkan menggunakan stempel tembaga berdimensi 20 x 20.

Satu rumah produksi Batik cap bisa memiliki ratusan hingga ribuan stempel tembaga dengan disain yang berbeda-beda. Untuk menghasilkan kain Batik, stempel tembaga dicelupkan pada cairan malam yang sudah direbus dalam suhu 60 hingga 70 derajat celcius. Sebagai informasi, ‘malam’ atau yang umumnya disebut sebagai lilin, adalah salah satu bahan baku yang penting untuk pembuatan kreasi Batik, khususnya Batik cap dan Batik tulis.

Nah, kembali kepada pencelupan stempal pada kain malam tadi, selanjutnya stempel ditekankan ke kain mori untuk membentuk corak awal. Jika cairan telah meresap, kain mori kemudian dicelupkan kedalam tangki yang berisi cairan pewarna. Pada tahap ini, cairan malam yang sudah mengeras akan terpisah dari kain dengan sendirinya. Proses pengecapan hingga pewarnaan ini diulang sesuai kompleksitas corak kain Batik. Setelah corak terbentuk, kain kemudian dijemur dengan cara dianginkan kurang lebih tiga hari.

Kain yang dijemur tidak diperkenankan terpapar matahari langsung untuk mencegah perubahan warna dan melelehnya cairan warna. Seiring kemajuan zaman, cara memBatik lebih beragam. Banyak terobosan-terobosan baru yang mampu mempermudah dalam mempersingkat waktu pengerjaan. Modernisasi proses produksi kain Batik ini secara tidak langsung memicu persaingan baru dikalangan perajin Batik Pekalongan.

Perang harga pun tidak bisa dihindari lagi. kain Batik dijual secara massal dengan berbagai macam model dan kegunaannya. Hal inilah yang lambat laun membentuk masyarakat Pekalongan menjadi pelaku bisnis kreatif. Di tengah semua keterbatasan, Pekalongan mampu tumbuh menjadi kota dengan produksi Batik terbesar di negeri ini. Sekaligus menjadi pelopor komersialisasi industri kain Batik.

Soal motif, pekalongan tidak terpaku pada satu pakem. Mengingat Batik merupakan salah satu bentuk ekonomi. Di kota ini menjadikan motif sebagai media penarik minat pembeli. Untuk menampung kreatifitas para perajin Batik di Kota Pekalongan, berbagai sentra penjualan Batik sengaja dibangun. Salah satu yang tersohor adalah Pasar Grosir Setono. Berdiri sejak awal tahun 2000an, Pasar Grosir Setono dipenuhi berbagai hasil produksi Batik.

Pasar Grosir ini juga membantu masyarakat yang ingin berburu kain Batik yang berkualitas dengan harga relatif murah. Dari proses panjang ini, tak berlebihan rasanya jika Pekalongan berpredikat sebagia Kota Batik. Kota yang mampu menghasilkan Batik dan hidup dari Batik.



Sumber : Net. Jawa Tengah

Kategori

Kategori