Situs Ratu Boko merupakan sebuah bangunan yang megah pembangunannya dilakukan di masa pemerintahan Rakai Panangkaran, dimana beliau merupakan keturunan dari Wangsa Sailendra. Situs Ratu Boko yang semula dinamai Abhayagiri Wihara yang artinya biara diatas bukit yang penuh kedamaian tersebut didirikan sebagai tempat untuk menyepi serta memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Nah, kalau anda sedang berkunjung ke situs ini, anda bisa merasakan indahnya kedamaian sekaligus juga melihat-lihat pemandangan Kota Jogjakarta dan Candi Prambanan yang dilatarbelakangi oleh Gunung Merapi.
Image : flickr.com
Tentunya tempat ini sangat cocok sekali bagi anda yang hobi fotografi. Situs Ratu Boko ini terletak di 196 meter diatas permukaan laut. Dengan luas 250 ribu meter persegi yang terbagi menjadi empat bagian. Yaitu bagian tengah, barat, tenggara dan bagian timur. Bagian tengah dari Situs Ratu Boko terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, candi pembakaran, kolam, batu berumpak, dan paseban. Sementara itu pada bagian tenggaranya terdapat balai-balai, pendopo, kolam, tiga candi dan komplek keputren.
Baca Juga :
Candi Singosari, Bukti Peninggalan Kerajaan Singosari
Candi Muara Takus, Peninggalan Terbesar Sriwijaya?
Pada sisi timur komplek situs Ratu Boko ada gua, kolam, dan stupa budha. Sedangkan pada bagian barat Cuma terdiri dari bukit-bukit saja. Jika anda masuk dari pintu gerbang istana, anda bisa langsung menuju pada bagian tengah komplek Ratu Boko. Maka disanalah dua buah gapura tinggi siap menyambut anda. Gapura pertama memiliki tiga pintu sementara gapura dua memiliki lima pintu. Sekitar 45 meter dari gapura kedua anda akan menemui bangunan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih.
Tidak jauh dari tempat tadi, anda akan menemukan pula Candi Pembakaran, dimana candi tersebut bentuknya bujur sangkar dan mempunyai dua buah teras. Sesuai dengan penamaannya, Candi Pembakaran dipakai untuk melakukan pembakaran jenazah. Disamping kedua candi tadi, ada juga sebuah batu berumpak dan kolam yang lokasinya tidak jauh, yaitu sekitar sepuluh meter dari Candi Pembakaran. Nah, pada Situs ratu Boko juga terdapat sebuah sumur yang penuh dengan misteri. Sumur itu bisa anda jumpai jika anda berjalan menuju ke tenggaran dari Candi Pembakaran. Konon menurut cerita masyarakat setempat sumur tersebut bernama Amerta Mentana yang artinya air suci yang diberi mantra. Orang-orang yang beragama hindu memakai air sumur tadi untuk melakukan Upacara Tawur Agung di saat pelaksanaan Upacara Nyepi.
Selain tempat-tempat tersebut masih banyak situs-situs yang bisa anda temui di Komplek Ratu Boko. Misalnya saja Situs Goa Laki-Laki dan sebuah goa yang berukuran lebih kecil lagi yang disebut Goa Perempuan. Banyak yang mengatakan, pemandangan senja diatas Ratu Boko ini sangatlah indah. Sehingga sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja ketika anda berada di kawasan wisata tersebut. Walaupun begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan di komplek situs Ratu Boko, namun hingga sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui.
Ada yang mengatakan bahwa Ratu Boko merupakan Biara atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi karena tidak ada prasasti yang secara ekplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan-bangunan yang ada. Maka Ratu Boko kini masih menjadi misteri hingga sekarang. Dan inilah yang mungkin menjadi daya tarik paling mempesona dari Ratu Boko disamping keindahan situs dan tata letaknya. Karenanya potensi yang telah ada dan terjaga ini hendaknya tetap ditopang dan juga dilestarikan untuk kepentingan pariwisata, ilmu pengatahuan serta seni dan budaya.
Sumber : Lensa 44
Baca Juga :
Candi Singosari, Bukti Peninggalan Kerajaan Singosari
Candi Muara Takus, Peninggalan Terbesar Sriwijaya?
Pada sisi timur komplek situs Ratu Boko ada gua, kolam, dan stupa budha. Sedangkan pada bagian barat Cuma terdiri dari bukit-bukit saja. Jika anda masuk dari pintu gerbang istana, anda bisa langsung menuju pada bagian tengah komplek Ratu Boko. Maka disanalah dua buah gapura tinggi siap menyambut anda. Gapura pertama memiliki tiga pintu sementara gapura dua memiliki lima pintu. Sekitar 45 meter dari gapura kedua anda akan menemui bangunan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih.
Tidak jauh dari tempat tadi, anda akan menemukan pula Candi Pembakaran, dimana candi tersebut bentuknya bujur sangkar dan mempunyai dua buah teras. Sesuai dengan penamaannya, Candi Pembakaran dipakai untuk melakukan pembakaran jenazah. Disamping kedua candi tadi, ada juga sebuah batu berumpak dan kolam yang lokasinya tidak jauh, yaitu sekitar sepuluh meter dari Candi Pembakaran. Nah, pada Situs ratu Boko juga terdapat sebuah sumur yang penuh dengan misteri. Sumur itu bisa anda jumpai jika anda berjalan menuju ke tenggaran dari Candi Pembakaran. Konon menurut cerita masyarakat setempat sumur tersebut bernama Amerta Mentana yang artinya air suci yang diberi mantra. Orang-orang yang beragama hindu memakai air sumur tadi untuk melakukan Upacara Tawur Agung di saat pelaksanaan Upacara Nyepi.
Selain tempat-tempat tersebut masih banyak situs-situs yang bisa anda temui di Komplek Ratu Boko. Misalnya saja Situs Goa Laki-Laki dan sebuah goa yang berukuran lebih kecil lagi yang disebut Goa Perempuan. Banyak yang mengatakan, pemandangan senja diatas Ratu Boko ini sangatlah indah. Sehingga sangat sayang sekali jika dilewatkan begitu saja ketika anda berada di kawasan wisata tersebut. Walaupun begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan di komplek situs Ratu Boko, namun hingga sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui.
Ada yang mengatakan bahwa Ratu Boko merupakan Biara atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi karena tidak ada prasasti yang secara ekplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan-bangunan yang ada. Maka Ratu Boko kini masih menjadi misteri hingga sekarang. Dan inilah yang mungkin menjadi daya tarik paling mempesona dari Ratu Boko disamping keindahan situs dan tata letaknya. Karenanya potensi yang telah ada dan terjaga ini hendaknya tetap ditopang dan juga dilestarikan untuk kepentingan pariwisata, ilmu pengatahuan serta seni dan budaya.
Sumber : Lensa 44