Pengalaman Pribadi Menjadi Operator Fotocopy

Halo sahabatku sekalian, apa kabar kalian hari ini? Tentu baik-baik saja bukan. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi cerita hidup saya sendiri menjadi seorang operator Fotocopy. Seorang fotocopy tugasnya membantu orang untuk menggandakan dokumennya baik itu dalam bentuk lembaran maupun dalam bentuk satu buku penuh. Menjadi seorang operator fotocopy memang susah-susah gampang. Kenapa saya katakan demikian, sebab pekerjaan ini mudah dipelajari namun penerapannya perlu kecepatan dan harus meminimalisir kesalahan. Sebab sekali salah dalam fotocopy tentunya akan merugikan pemilik fotocopy itu sendiri.

Baca Juga :
Pengalaman Menjadi Anak Band
Beban berat seorang ayah

Dulu saat saya menjadi operator awalnya iseng-iseng saja membantu teman yang sedang bekerja di tempat fotocopy. Lokasinya berada di sekitar kampus yang berada di Jakarta. Kampus tersebut merupakan kampus swasta yang namanya tidak saya sebutkan disini. Letaknya tidak jauh dari Gedung Antam (Aneka Tambang) yang berada di daerah Jagakarsa Jakarta Selatan. Waktu itu teman saya mengajak saya untuk main ke tempat kerjanya. Dan kebetulan karena saya memang sedang nganggur, ya saya mau-mau saja. Seminggu pertama sih saya tidak membantu apa-apa. Saya Cuma duduk-duduk aja dan tidak disuruh membantu apapun. Kerjaan saya hanya melihat dan pas jam makan saya juga dibelikan makan.

Namun lama-kelamaan kok rasanya saya tidak enak dan merasa merepotkan. Sayapun mencoba menawarkan diri untuk membantu teman saya tersebut menyelesaikan pekerjaannya memfoto copy. Pertama sih saya Cuma dikasih kerjaan menyusun hasil fotocopian yang berada di meja etalase. Saya kumpulkan dan saya susun sedemikian rupa sesuai dengan petunjuk. Lama-kelamaan karena suatu saat teman saya sibuk beras, maka saya malam harinya ditawari untuk menginap dan membantu mengerjakan fotocopian yang sedang banyak di tempat kerja tersebut. Saya bersedia dengan senang hati karena saya merasa inilah kesempatan saya untuk belajar fotocopy supaya saya bisa menambah pengalamn.

Setelah terbiasa membantu dan saya juga mulai bisa mengoperasikan mesin fotocopy sendiri, maka teman saya mulai mempercayakan pekerjaannya tersebut untuk saya kerjakan jika dia sedang perlu bantuan. Saya memang tidak digaji namun saya cukup senang karena disana saya dikasih makan dan tentunya tidak ada biaya yang harus saya keluarkan untuk belajar menjadi operator fotocopy. Seiring bertambahnya hari, minggu dan bulan, maka saya sudah mulai mahir dalam mengoperasikan mesin fotocopy. Berhubung saya tidak dibayar, mungkin teman saya ini lama-lama kasihan juga dengan saya karena tidak bisa memberikan saya apa-apa kecuali ilmu dan tentunya makan gratis tersebut. Maka dicarikanlah saya pekerjaan yang sesuai dengna kemampuan saya tersebut. ebetulan teman saya mempunyai seorang kenala yang memiliki usaha foto copy juga.

Bahkan teman dari teman saya ini sudah memiliki 3 cabang fotocopy di daerah Jakarta Timur. Saat bertanya soal lowongan, maka owner fotocopy teman saya ini mengiyakan dan ingin merekrut saya menjadi anak buahnya dan saya ditawari untuk bekerja dengannya di sebuah tempat fotocopi miliknya yang ada di Kalisari. Pemilik fotocopy ini adalah orang Aceh asli. Tinggalnya di Tanjung Barat. Dia bercerita bahwa dia sudah merintis usaha ini sejak lama. Penghasilannya lumayan dan bisa membesarkan anak-anaknya hingga lulus kuliah. Namun sayang kedua anaknya kurang beruntung karena salah satunya terkena penyakit stress berat dan akhirnya meninggal dunia. Saya saya bekerja di Kalisari, partner saya adalah seorang senior fotocopy yang sudah jago dalam mengoperasikan fotocopy.

Dia juga sudah lama menjadi karyawan bos saya waktu itu. Gajinya tidak banyak yaitu Cuma 400 ribu rupiah. Sedangkan saya sendiri digaji hanya 100 ribu rupiah. Ini benar-benar penahasilan yang amat kecil buat saya. Namun waktu itu uang makan yang saya terima setiap hari sebesar 15 ribu rupiah. Uang ini kadang saya belikan makan, kadang saya simpan dan kebanyakan habis untuk saya belikan rokok. Waktu kerja saya di kalisari sangatlah singkat yaitu hanya satu setengah bulan. Saya memutuskan untuk keluar dari tempat kerja itu karena saya pernah ditegor sekali oleh bos saya dan saya dianggap tidak mampu bekerja dengan baik. Kemarahan bos saya ini sebenarnya karena ulah partner saya yang mengadu pada bos. Itulah mengapa akhirnya saya dipanggil dan dimarahi.

Sampai sampai teman saya ini juga bercerita bahwa saya seringkali salah dan melakukan fotocopy. Akibatnya sehari sesudah saya dimarahi, saya memutuskan untuk pamit kepada teman saya tadi dan saya memutuskan untuk berhenti menjadi operator Fotocopy. Setelah saya berhenti, saya memutuskan untuk menemui teman saya sebelumnya yang mengajari saya fotocopy tadi. Saya menyampaikan permintaan maaf kepadanya karena saya merasa belum mampu dilepas sendiri menjadi seorang operator fotocopy. Akhirnya saya diterima kembali bergabung dengan teman saya. Berhubung ditempat fotocopy teman saya tadi juga ada rental komputernya. Maka saya juga mulai tertarik untuk belajar komputer juga dari teman saya.

Dan temanpun mengiyakan dan mensupport saya agar terus belajar supaya saya bisa cepat bisa dan memiliki skil yang baru. Akhirnya setelah sekian tahun saya menjadi seorang operator fotocopy dan juga operator komputer, maka saya memutuskan pindah kerja ke tempat yang lebih baik masa depannya yaitu BUMN. Saya sangat bahagia saat saya diambil menjadi salah satu anak buah bos saya saat itu. Demikianlah kisah hidup saya menajadi seorang operator fotocopy. Artikel ini memang sangat belum sempurna, namun ini bisa menjadi pelajartan berharga bagi saya untuk terus maju dan maju. Semoga kita bisa berjumpa lagi pada kesempatan lainnya dengan topik-topik lainnya yang mudah-mudahan lebih bagus dari yang sekarang. Terima kasih.










EmoticonEmoticon