Pengalaman Jadi Pengiring Pengantin Adat Jawa

Assalamu'alaikum wr.wb. Halo sahabat sekalian. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang pengalaman saya menjadi pengiring pengantin adat Jawa. Pengalaman saya ini saya peroleh ketika adik saya menikah. Kebetulan karena keluarga saya dan keluarga besan sama sama dari Jawa, maka sesuai kesepakatan bersama kedua keluarga besar berencana mengadakan resepsi pernikahan dengan menggunakan adat Jawa. Tempat resepsi pernikahan ini dilaksanakan di rumah mempelai wanita yang lokasinya tidak jauh dari obyek wisata budaya betawi di Jakarta yaitu Setu Babakan. Walaupun terkesan berlebihan di mata keluarga saya, tapi akhirnya keluarga saya ikut saya dan segala urusan diserahkan kepada pihak perempuan sebagai tuan rumah.

Baca Juga :
Kisah hidup saya menjadi anak kost
Pengalaman Pribadi Menjadi Operator Fotocopy

Persiapan matang pun semakin ditingkatkan menjelang pelaksanaan pernikahan dimulai. Keluarga besan juga meminta bantuan kepada para tetangga untuk suksesnya acara tersebut. Salah satu tokoh pemuda juga dilibatkan untuk mengatur jadwal kegiatan selama resepsi berlangsung. Mulai dari sambutan tuan rumah terhadap rombongan pengantin, acara inti hingga kepulangan orang tua mempelai pria kembali ke dalam mobil. Kebetulan saat itu karena saya adalah kakak kandung satu satunya dari pihak mempelai pria, maka saya diminta untuk menjadi pengiring pria sampai dengan naik ke pelaminan. Sayapun mengiyakan karena sebagai kakak belum jarang sekali membantu adik saya sehingga inilah kesempatan saya untuk menyenangkan hatinya. Pihak besar menunjuk saya dan juga om saya alias adik ipar bapak.

Karena segala sesuatunya sudah dihandle oleh pihak besan, maka kami sebagai pihak laki-laki ikut saja. Selain itu adik saya juga minta tolong agar saya menyediakan mobil yang akan digunakan oleh pengantin pria menuju ke lokasi pernikahan. Untuk menghemat pengeluaran, sayapun menghubungi pihak kantor yang dalam hal ini diwakili oleh manajer saya di kantor untuk meminjam mobilnya. Alhamdulillah beliau mengizinkan saya memakai kendaraanya tanpa saya harus membayar sepeserpun. Hari yang dinanti-nantipun datang, dan saya segera menuju ke rumah orang tua untuk mengecek kesiapan di rumah seperti apa. Kebetulan pagi itu saya berangkat dari rumah saya yang berada di Cileungsi Bogor setelah Subuh.

Sementara itu mobil kantor yang saya pinjam sehari sebelumnya saya titipkan ke Barbershop teman bapak. Pagi itu jam sudah menunjukkan pukul 07.00 wib, sementara para tetangga kiri kanan sudah berdatangan ke rumah untuk bersiap-siap ikut rombongan pengantin ke tempat pernikahan di Setu Babakan. Setelah segalanya siap, pukul 07.45 WIB kamipun berduyun-duyun berjalan menyusuri gang untuk menuju ke jalan utama sebab disanalah mobil pengantin dan iring iringan sudah siap. Pada waktu itu mobil pengantin diisi oleh 5 orang yaitu saya, bapak, ibu, pengantin, tante, dan istri teman adik saya. Sementara rombongan yang lainnya berada di belakang.

Sebagian naik mobil teman bapak, sedangkan sebagian lagi naik mobil angkutan umum yaitu M17. Alhamdulillah selama perjalanan diberikan kelancaran sampai kami tiba di lokasi acara akad nikah dan resepsi. Iring-iringan mobilpun diarahkan ke parkiran bawah yang lokasinya persih di jalan samping danau Setu Babakan. Setelah saya memarkirkan mobil dan menguncinya, sayapun berjalan menuju rumah tempat resepsi diadakan, ternyata di depan pintu selamat datang saya sudah ditunggu oleh om saya yang sudah mengenakan pakaian adat jawa lengkap dengan blangkon di kepalanya. Suami dari adik bapak saya ini segera berbisik pada saya agar langsung menuju ke rumah pengantin sebab sudah ditunggu oleh penata rias untuk merias saya menjadi pengiring pengantin.

Selesai didandani oleh perias saya langsung disuruh bersiap-siap untuk menyambut kedatangan besan dari pihak laki-laki yang akan start persih pas pintu masuk tenda. Begitu sampai di tengah tengah perjalanan, maka pihak besan pria diwakili oleh ustads di dekat rumah orang tua saya memberikan sambutan untuk meminta izin kepada tuan rumah dan sekaligus mengutarakan tujuan kedatangan rombongan pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Kemudian giliran perwakilan dari pihak pengantin wanita yang memberikan sambutan yang mana diwakili oleh adik kandung dari besan wanita itu sendiri. Intinya kata sambutan dari pihak wanita menerima dengan senang hati kedatangan dari keluarga pengantin pria. Setelah itu pengantin pria diminta berjalan menuju ke pengantin wanita dan langsung disejajarkan bersebelahan dengan pengantin wanita.

Dengan membawa selendang, bapak dari pengantin wanita mengikat kedua mempelai dan menaruhkan berdiri persis di belakang bapak pengantin wanita untuk menuju ke pelaminan. Akan tetapi di tengah jalan pengantin pria diminta untuk menginjak telor sampai pecah dan kemudian sang pengantin wanita membersihkannya dengan menggunakan nampan yang diisi dengan air. Selama berjalan menuju pelaminan saya dan rombongan pengiring lainnya mengikuti dari belakang sampai dua orang pengantin ini naik ke atas panggung. Walaupun kelihatannya singkat, namun dalam prakteknya ritual ini memakan waktu yang cukup lama dan dari satu step ke step yang lain jarak waktunya juga lama.

Akhirnya setelah kedua belah mempelai naik ke pelaminan, maka ada acara-acara selanjutnya yang dipandu oleh seorang MC untuk memberi tahu tahapan-tahapannya. Seperti acara suap-suapan, sungkem dengan kedua orang tua dan lain sebagainya. Sementara itu saya hanya berada di bawah dan menonton saja. Para undangan kemudian dipersilahkan untuk makan dan menyantap hidangan yang disediakan oleh pihak tuan rumah. Saya juga tidak melewatkan waktu makan ini dengan ikut membaur dan makan juga. Namun setelah itu saya masih mengenakan pakaian adat jawa dan kembali berdiri untuk menyambut para undangan yang berdatangan. Menjelang waktu Ashar, orang tua saya turun dari pelaminan dan menuju ruang ganti.

Saya tidak berani mengenur karena masih banyak orang. Tak berselang berapa lama handphone saya berbunyi dan ternyata Ibu saya menelepon dan mengajak saya untuk pulang. Bergegaslah saya menuju ruang ganti untuk mengambil pakaian lalu saya lanjutkan menuju ke Kamar mandi untuk ganti pakaian. Setelah rapi semua, kamipun pamit kepada keluarga besan dan mengucapkan banyak terima kasih atas sambutan dan jamuannya. Namun begitu Ibu saya masih terlihat agak gundah karena melihat adik saya sendirian di panggung tanpa ditemani atau tanpa saudara yang masih ada di acara resepsi. Namun begitu kamipun tetap harus pulang karena dirumah juga banyak tamu yang berdatangan. Setelah kami pamitan, ternyata pihak mertua adik saya ini membawakan kami oleh-oleh berupa kue-kue dan buah-buahan untuk dibawa pulang.

Nah, itulah tadi kisah saya tentang Pengalaman Jadi Pengiring Pengantin Adat Jawa. Artikel ini saya buat hanya untuk sekedar berbagi pengalaman saja. Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca artikel yang jelek ini. Akhir kata Wassalamu’alaikum wr.wb.


EmoticonEmoticon