Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa masa yang paling indah adalah masa sekolah. Bagaimana menurut anda? Apakah anda setuju dengan pepatah ini? Saya rasa pasti sebagian orang setuju. Hehehe....Begitupun saya, saya juga sependapat dengan hal ini. Namun sayang ya kita tidak bisa kembali ke masa tersebut. Dimana pada masa itu hidup rasanya tanpa beban sedikitpun. Hidup serasa mengalir saja. Kalaupun ada masalah pasti tidak membuat kita stress, dan kita menghadapinya dengan happy happy aja. Bukan begitu?
Nah, untuk artikel kali ini, saya akan berbicara tentang Indahnya Masa Sekolah. Artikel ini bertuliskan tentang kisah hidup saya sendiri saat saya sekolah. Saya akan mengupasnya untuk anda semua masa sekolah saya. Mulai dari masa sekolah di SD, di SLTP, dan di SMU. Kisah ini saya tulis bukan karena saya ingin dikenal, dipuji, atau pamer. Bukan! Melainkan kisah ini saya tulis sebagai sarana berbagi aja. Supaya kita sadar dan mengerti bahwa setiap orang itu dilahirkan unik dan berbeda beda.
Baca Juga :
1. Masa SD
Saya menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Ngletih. SDN Ngletih terletak di Desa Ngletih Kecamatan Mandat Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur Indonesia. Sekolah Dasar tempat saya belajar ini merupakan sekolah dasar satu satunya di Desa Ngletih saat itu. Lokasi sekolah ini berada di wilayah timur Desa Ngletih. Lokasinya yang berdekatan dengan Lapangan Sepakbola di Desa menjadikan sekolah dasar ini pernah menjadi juara satu sepakbola kategori sekolah dasar se Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. Sekolah saya ini juga menjadi salah satu unggulan dalam hal kejuaraan seni lukis.
Sebab di sekolah saya setiap tahunnya dicari bibit muda yang berbakat dalam melukis. Contohnya saya sendiri pernah dijadikan nominator pelukis generasi selanjutnya di sekolah. Namun saat itu saya gagal. Karena memang saya tidak berbakat dalam melukis. Hasil lukisan yang saya hasilkan dinilai jauh dari kesan bagus bahkan cenderung jelek. Akibatnya saya tidak lagi dinominasikan dan akhirnya sekolah mencari pengganti yang lebih pantas. Yang paling saya kenang saat sekolah di SD adalah masalah cinta monyet. Yah, istilah ini memang sering disematkan kepada anak anak SD yang belajar menyukai lawan jenis. Serunya adalah saling ledek ledekan saat berbicara tentang lawan jenis. Contohnya begini ''Gus dicari sama Dewi'' misalnya.
Dengan mengatakan seperti ini saja maka akan membuat orang yang dimaksudkan menjadi malu. Walaupun kadang kadang ejekan tersebut membuat dia seneng, namun tetap saja rasa malu itu tidak bisa disembunyikan. Contohnya saya sendiri. Saya dulu pernah juga dikait kaitkan dengan cewek satu kelas saya. Itu bener bener membuat saya grogi alias GR. Saat pulang sekolah tak jarang saya justru menghindar untuk pulang bareng dengan cewek satu kelas saya tersebut. Padahal rumah dia dan rumah saya satu jalan dan dia termasuk tetangga dekat saya di desa. Kisah lainnya dari saya saat SD adalah saat saat mendapatkan nilai NEM tertinggi ketiga di kelas. Saya merasa bangga sekali waktu itu. Karena apa, ya karena saya tidak menyangka akan mendapatkan prestasi sejauh itu.
Sebab di sekolah saya setiap tahunnya dicari bibit muda yang berbakat dalam melukis. Contohnya saya sendiri pernah dijadikan nominator pelukis generasi selanjutnya di sekolah. Namun saat itu saya gagal. Karena memang saya tidak berbakat dalam melukis. Hasil lukisan yang saya hasilkan dinilai jauh dari kesan bagus bahkan cenderung jelek. Akibatnya saya tidak lagi dinominasikan dan akhirnya sekolah mencari pengganti yang lebih pantas. Yang paling saya kenang saat sekolah di SD adalah masalah cinta monyet. Yah, istilah ini memang sering disematkan kepada anak anak SD yang belajar menyukai lawan jenis. Serunya adalah saling ledek ledekan saat berbicara tentang lawan jenis. Contohnya begini ''Gus dicari sama Dewi'' misalnya.
Dengan mengatakan seperti ini saja maka akan membuat orang yang dimaksudkan menjadi malu. Walaupun kadang kadang ejekan tersebut membuat dia seneng, namun tetap saja rasa malu itu tidak bisa disembunyikan. Contohnya saya sendiri. Saya dulu pernah juga dikait kaitkan dengan cewek satu kelas saya. Itu bener bener membuat saya grogi alias GR. Saat pulang sekolah tak jarang saya justru menghindar untuk pulang bareng dengan cewek satu kelas saya tersebut. Padahal rumah dia dan rumah saya satu jalan dan dia termasuk tetangga dekat saya di desa. Kisah lainnya dari saya saat SD adalah saat saat mendapatkan nilai NEM tertinggi ketiga di kelas. Saya merasa bangga sekali waktu itu. Karena apa, ya karena saya tidak menyangka akan mendapatkan prestasi sejauh itu.
2. Masa SMP
Setelah saya lulus SD saya melanjutkan pendidikan saya ke tingkat Sekolah Menengah Pertama. Kali ini berbeda jaraknya dengan saat saya masih SD. Jarak SMP tempat sekolah saya ini sangat jauh. Saya harus menempuh perjalanan menggunakan sepeda ontel yang jauhnya sekitar 15 km. Nama sekolah saya adalah SMP N 3 Wates Kecamatan Wates Kabupaten Kediri Jawa Timur. Letaknya tidak jauh dari salah satu gunung berapi di Indonesia yang beberapa tahun lalu abu vulkaniknya sampai Jogja bahkan daerah Jawa Barat yaitu gunung Kelud. Biarpun jauh mau tidak mau saya tetap harus menjalaninya.
Semangat untuk menuntut ilmu tidak boleh patah hanya karena jarak yang jauh. Rasa malas dan capek harus saya lawan dengan sekuat tenaga. Ini demi cita cita saya menjadi orang sukses. Itulah yang membuat saya tetap kuat di dalam menjalaninya. Suasana saat sekolah di SMP tentu sangat berbeda dengan saat di SD. Disini saya bertemu dengan anak anak baru dari berbagai desa yang berbeda. Anak anaknya cenderung lebih gaul. Bahkan saking gaulnya tak jarang yang sudah berani merokok di belakang sekolah. Kebanyakan dari teman teman saya waktu itu adalah suka berkelompok kelompok. Disini saya mulai mengenal tawuran antar pelajar.
Bahkan seakan di sekolah seperti suasana premanisme. Ada salah satu anak yang paling ditakuti. Hobinya mencari musuh. Saya juga sering melihat adanya perkelahian di sekolah. Sampai pada titik pengeroyokan di luar sekolah jika salah satu pihak tidak terima. Pengalaman saya saat sekolah di SMP antara lain saat saya tidak mengerjakan PR. Guru menghukum saya untuk lari keliling lapangan. Pernah juga merasakan di strap di samping papan tulis sampai pelajaran selesai. Puss Up 10 kali juga pernah. Pokoknya saat SMP saya sering kali lalai belajar, apalagi ngerjain PR.
Semangat untuk menuntut ilmu tidak boleh patah hanya karena jarak yang jauh. Rasa malas dan capek harus saya lawan dengan sekuat tenaga. Ini demi cita cita saya menjadi orang sukses. Itulah yang membuat saya tetap kuat di dalam menjalaninya. Suasana saat sekolah di SMP tentu sangat berbeda dengan saat di SD. Disini saya bertemu dengan anak anak baru dari berbagai desa yang berbeda. Anak anaknya cenderung lebih gaul. Bahkan saking gaulnya tak jarang yang sudah berani merokok di belakang sekolah. Kebanyakan dari teman teman saya waktu itu adalah suka berkelompok kelompok. Disini saya mulai mengenal tawuran antar pelajar.
Bahkan seakan di sekolah seperti suasana premanisme. Ada salah satu anak yang paling ditakuti. Hobinya mencari musuh. Saya juga sering melihat adanya perkelahian di sekolah. Sampai pada titik pengeroyokan di luar sekolah jika salah satu pihak tidak terima. Pengalaman saya saat sekolah di SMP antara lain saat saya tidak mengerjakan PR. Guru menghukum saya untuk lari keliling lapangan. Pernah juga merasakan di strap di samping papan tulis sampai pelajaran selesai. Puss Up 10 kali juga pernah. Pokoknya saat SMP saya sering kali lalai belajar, apalagi ngerjain PR.
3. Masa SMA
Setelah lulus dari SMP saya melanjutkan sekolah ke SMA. Kebetulan nilai NEM saya saat itu tidak bagus alias standar ke bawah. Dan saat itu saya sedikit khawatir apakah dengan nilai yang tidak bagus tersebut saya bisa diterima saat daftar di SMA. Namun saya tetap maju pantang mundur. Sebab saya yakin bahwa rejeki sudah diatur oleh Allah SWT. Saat itu saya mencoba daftar ke SMA 1 Kandang Kediri. Letaknya berada di jalan raya pule. Sekolah tempat saya mendaftar ini adalah salah satu sekolah yang cukup favorit. Sebab sekolah ini cukup berprestasi di bidang olah raga. Dan sering menang di beberapa lomba tingkat Kabupaten.
Untuk antisipasi, maka waktu pendaftaran, saya langsung daftar dua SMA, pertama SMA Kandat dan kedua SMA Wates. Saat itu saya diterima sebagai calon siswa di SMA tapi sebagai siswa cadangan. Artinya cadangan disini jika SMA mandat kurang murid maka saya bisa masuk. Namun jika SMA sudah cukup murid, maka saya akan dioper ke SMA Wates. Saat saya menjalani menjadi murid cadangan, saya tetap belajar seperti biasa. Namun akhirnya Alhamdulillah ternyata saya bisa masuk juga. Pihak SMA secara resmi menerima saya sebagai muridnya saat itu. Tentunya saya sangat senang sekali. Sebab saya bisa juga masuk ke salah satu sekolah favorit.
Awal awal menjalani masa sekolah, saya tetap menggunakan sepeda ontel saya sebagai alat transportasi utama. Namun ini tidak berjalan lama, sebab saya merasa sudah capek dan ingin nyoba hal yang baru. Setelah sebulan menggoes, sayapun beralih menggunakan angkutan umum yang mana angkutan di tempat saya sangatlah jarang waktu itu. Pada waktu saya kenaikan kelas menuju ke kelas 2, sayapun berpikir untuk pindah jadi anak kost. Maklum waktu itu saya melihat teman teman saya banyak yang ngekost. Kelihatannya kok enak sekali ngekost ya, bisa bebas dan sekolahpun lebih dekan dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Setiap bulan dapat kiriman dari orang tua dan punya teman banyak.
Untuk antisipasi, maka waktu pendaftaran, saya langsung daftar dua SMA, pertama SMA Kandat dan kedua SMA Wates. Saat itu saya diterima sebagai calon siswa di SMA tapi sebagai siswa cadangan. Artinya cadangan disini jika SMA mandat kurang murid maka saya bisa masuk. Namun jika SMA sudah cukup murid, maka saya akan dioper ke SMA Wates. Saat saya menjalani menjadi murid cadangan, saya tetap belajar seperti biasa. Namun akhirnya Alhamdulillah ternyata saya bisa masuk juga. Pihak SMA secara resmi menerima saya sebagai muridnya saat itu. Tentunya saya sangat senang sekali. Sebab saya bisa juga masuk ke salah satu sekolah favorit.
Awal awal menjalani masa sekolah, saya tetap menggunakan sepeda ontel saya sebagai alat transportasi utama. Namun ini tidak berjalan lama, sebab saya merasa sudah capek dan ingin nyoba hal yang baru. Setelah sebulan menggoes, sayapun beralih menggunakan angkutan umum yang mana angkutan di tempat saya sangatlah jarang waktu itu. Pada waktu saya kenaikan kelas menuju ke kelas 2, sayapun berpikir untuk pindah jadi anak kost. Maklum waktu itu saya melihat teman teman saya banyak yang ngekost. Kelihatannya kok enak sekali ngekost ya, bisa bebas dan sekolahpun lebih dekan dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Setiap bulan dapat kiriman dari orang tua dan punya teman banyak.
EmoticonEmoticon