Menara Kudus, Simbol Pluralisme di Awal Perkembangan Islam

Sebagai salah satu tempat penyebaran Islam di Jawa, Kota Kudus menyimpan banyak situs-situs Islam. Salah satunya adalah Masjid Menara Kudus. Menara yang dibangun pada tahun 1549 masehi memiliki nama asli Masjid Al-Aqsa. Pendirinya yaitu KH. Jafar Sodik atau lebih terkenal dengan nama Sunan Kudus sengaja mengambil batu dari Baitul Maqdis Palestina dan digunakan sebagai batu pertama pembangunan Masjid.

Image : flickr.com

Desain arsitektur menara lebih mendekati pada arsitektur Jawa Hindu. Menara dengan tinggi 18 meter dan luas dasar 100 meter persegi ini menyerupai candi pada masa Majapahit. Bahan konstruksi terbuat dari susunan batu bata merah yang disusun tanpa perekat. Walaupun bangunan ini merupakan menara dari sebuah Masjid, namun bentuknya menyerupai candi. Kaki atau pondasinya disebut Pradak Sinapata yang biasa di temukan pada candi-candi di Pulau Jawa.

Baca Juga :
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Masjid Sunan Muria, Situs Sejarah Islam di Ketinggian 1600 Meter 

Teknik konstruksi jawa juga dapat dilihat pada atap menara yang ditopang soko guru atau empat pilar penyangga. Sesuai fungsinya pada zaman dulu, menara Masjid digunakan untuk mengumandangkan azan. Yang unik dari menara Masjid Kudus ini adalah bedug dan kentongan yang berada di atas menara, biasanya adanya di serambi Masjid. Ornamen perhiasan pada menaralah yang membedakan Menara Kudus dengan Candi.

Tidak ditemukannya ornamen bergambar makhluk hidup pada menara, karena budaya Islam tidak memperkenankan penggambaran makhluk hidup. Ornamen menara lebi menonjolkan pada presisi penyusunan batu bata. Selain menara masih ada beberapa elemen unik di Komplek Masjid Menara Kudus, salah satunya adalah yaitu sebuah gerbang yang disebut dengan Gerbang Kembar. Bentunya menyerupai bangunan-bangunan pra Islam di Pulau Jawa. Bangunan Gerbang Kembar menyerupai Gapura Hindu.

Gapura ini berfungsi sebagai penyekat antara ruang profan dan sakral. Setiap tahunnya, Masjid ini dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah. Keberadaan makam Sunan Kudus di areal komplek Masjid Menara Kudus menjadi daya tarik tersendiri. Umumnya pengunjung beribadah dan berziarah di Masjid Menara Kudus ini. Salah satu elemen yang tak kalah unik adalah tempat wudhu kuno yang berada di sebelah masjid. Arcanya menyerupai bentuk kepala sapi, namun masyarakat Kudus menamainya dengan Kerbau Gumarang.

Karena pada zaman dahulu binatang sapi sangat dihormati oleh masyarakat Hindu Kota Kudus. Pancuran Kerbau Gumarang berjumlah delapan buah. Jumlah ini dikaitkan dengan falsafah Budha yaitu Asta Arya Marga yang berarti Delapan Jalan Utama, yang isinya pengetahuan, keputusan, perbuatan, cara hidup, daya, usaha, meditasi, dan kompementasi yang benar.



Sumber : CMN Channel

Masjid Sunan Muria, Situs Sejarah Islam di Ketinggian 1600 Meter

Salah satu situs peninggalan Islam di Pulau Jawa adalah Masjid peninggalan Sunan Muria yang berada di Desa Colo Pegunungan Muria Kudus Jawa Tengah. Masjid tersebut berada di ketinggian 1.600 meter diatas permukaan laut. Salah satu keunikan Masjid Sunan Muria adalah bentuk Mihrab atau tempat Imam Masjid dan sejumlah benda bersejarah dengan ornamen Tiongkok.

Image : flickr.com

Untuk mencapai Masjid Muria pengunjung harus menyusuri jalan sempit yang menanjak sekitar 3 kilometer. Dari lokasi Masjid pada pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Kudus hingga Kabupaten Pati. Selama ratusan tahun Masjid sekaligus makam Sunan Muria di lokasi ini telah mengalami banyak perubahan.

Baca Juga :
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Cerita Dibalik Masjid Istiqlal Yang Bediri Kokoh 

Namun beberapa benda dan bagian bangunan di dalam Masjid yang dibangun Sunan Muria hingga kini masih utuh. Salah satunya tempat Imam Masjid atau Mihrab. Berbeda dengan biasanya, Mihrab disini menjorok kedalam. Susunan bata pada bangunan ini juga masih utuh seperti aslinya. Termasuk puluhan cawan dari Tiongkok yang ditempel di dinding bangunan. Semasa hidupnya Sunan Muria dikenal sangat egaliter dan dengan dengan rakyat jelata.

Di dalam masjid terdapat benda-benda hasil peninggalan Sunan Muria. Dan kesemua benda tersebut merupakan sebuah penanda dan petunjuk kemuliaan dari ajaran beliau. Menurut penuturan sang Pengurus Yayasan Masjid dan Makam Sunan Muria yaitu Bapak Mastur “Ini adalah Masjid dan Makam Sunan Muria pertama. Sunan Muria namanya adalah Raden Umar Said. Beliau bermukim di Puncak Gunung Muria, menyebarkan agama Islam di Gunung Muria dan sekitarnya sampai wafat di Gunung Muria sehingga beliau terkenal dengan nama Sunan Muria”.

Benda lain peninggalan Sunan Muria adalah Bedug yang terbuat dari kayu jati kuno. Terdapat pahatan berbentuk ukiran naga dan ayam jantan diatas Bedug. Berdasar tanggal yang tertera, bedug ini dibuat pada tahun 1884 masehi. Ada pula gentong Sunan Muria yang sering menjadi tempat tujuan para pengunjung setelah berziarah di makam Sang Wali. Dari dalam gentong, air yang berasal dari mata air pengunungan Muria senantiasa mengalir sepanjang waktu.

Semasa hidupnya, Sunan Muria atau Raden Umar Said dikenal sederhana dan dekat dengan rakyat jelata. Beliau meninggalkan keramaian Kerajaan Demak dan membangun Masjid di lereng Gunung Muria sebagai pusat pembinaan masyarakat.


Sumber : CNN Indonesia

Cerita Dibalik Masjid Istiqlal Yang Bediri Kokoh

Sejarah bangsa ini tak akan istimewa tanpa kehadiran Masjid Istiqlal. Sebuah masjid monumental yang terbesar di Asia Tenggara dan mampu menampung hingga 200 ribu jamaah. Masjid Istiqlal dibangun di bekas Taman Wilhelmina atau Wilhelmina Park di sisi timur laut Lapangan Medan Merdeka. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1951 dan diarsiteki oleh Friedrich Silaban seorang kristen. Friedrich memenangkan sayembara rancang bangun masjid dan mengalahkan 22 peserta lainnya.

Image : flickr.com

Menurut salah satu Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengungkapkan “Mereka (para tamu asing) sangat takjub, karena ternyata arsitek pembangunan Masjid Istiqlal yang begini kokoh itu ialah Silaban seorang non muslim (Katolik / Kristen). Mereka kaget kok bisa seorang kristen membuat gambar Masjid? Apa yang salah? Tidak ada. Sebab, seperti yang biasanya juga terjadi berapa banyak para ilmuan-ilmuan Muslim memberikan konstribusi terhadap rumah-rumah ibadah agama lain juga. Jadi umat Islam Indonesia itu adalah pembaca sejarah. Kami juga membaca bahwa salah satu ketakjuban mereka (tamu-tamu asing), ialah mengenai bangunan Masjid itu. Masjid seperti ini kokoh tidak ada satupun kayu di dalamnya dan semuanya besi-besi. Jadi kokoh sekali, sangat maskulin, sangat tangguh dan itulah lambang ke Indonesiaan itu sendiri. Bahwa Indonesia itu tangguh dan bisa disimbolkan dari Masjid Istiqlal”.

Baca Juga :
Pesona Islam Masjid Agung Kauman di Semarang
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh 

Dalam perjalanannya, pembangunan Masjid Istiqlal sempat tensendat. Sejak direncanakan sejak tahun 1950 sampai 1965, pembangunannya tak mengalami banyak kemajuan. Lantaran masalah dana dan situasi politik yang kurang kondusif. Tujuh belas tahun kemudian Masjid Istiqlal selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 22 Februari 1978. Semangat nasionalisme pun berpadu dengan filosofi religi pada arsitektur geometris modern Masjid yang dibangun dengan biaya 7 Milliar Rupiah ini. Masjid Istiqlal dibangun lima lantai sebagai simbol dari pondasi utama umat yakni rukun Islam. Diameter kubah yang panjangnya mencapai 45 meter melambangkan tahun kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Tinggi menara yang mencapai 6.666 centimeter adalah representasi dari jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an.

Nasaruddin Umar melanjutkan “Kalau ke Masjid Istiqlal, maka disamping masjid itu ada Gereja Besar Katedral. Nah, ini dua rumah ibadah yang besar berdampingan, yang mana itu juga merupakan simbol toleransi yang sangat penting di Indonesia. Dan ini merupakan hal yang sangat mahal. Salah satu faktor yang jadi pemersatu bangsa ini adalah Masjid Istiqlal itu sendiri. Masjid Istiqlal itu merangkum seluruh golongan-golongan umat Islam di Indonesia. Entah itu Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Al Wasliyah dan ada 64 ormas-ormas Islam, maka ‘Welcome to Masjid Istiqlal’. Masjid Istiqlal itu adalah Masjid bersama. Siapapun, Mahzab manapun boleh masuk di Masjid Istiqlal.

Islam adalah rahmat bagi semesta, Islam mengajarkan toleransi dan keterbukaan. Pesan inilah yang membuat pengunjung dan ribuan turis tak pernah surut mendatangi Masjid Istiqlal setiap bulannya.Salah satu pengunjung dari negeri tetangga Australia benama Emil menuturkan “Sangat Unik. Saya belum pernah melihat Masjid sebesar ini sebelumnya. Cukup menakjubkan. Hal yang pertama yang saya perhatikan dan saya pikir menakjubkan (karena letaknya bersebelahan dengan Gereja Katedral) adalah tempat ibadah dua agama yang berbeda berdiri saling berhadapan. Dan bagi saya itulah simbol kebersamaan yang sangat baik”.

Istiqlal yang dalam bahasa Arab berarti merdeka ini lahir sebagai perwujudan rasa syukur atas kemerdekaan bangsa. Masjid Istiqlal terbuka bagi siapapun yang ingin melihat Islam dan nilai kebangsaan Indonesia saling mengisi.



Sumber : CNN Indonesia 

Kategori

Kategori