Kota Lama Semarang

Pertengahan abad ke 18, Semarang terkenal dengan kota modern yang menguasai perdagangan dunia. Jejak kota kosmopolitan masa lalu itu masih terasa dengan bangunan beraksitektur Eropa. Zaman dahulu kawasan tersebut terkenal dengan nama The Little Nederland atau Belanda Kecil. Kejayaan masa lalu yang pernah singgah 4 abad lalu itu meninggalkan sebuah kesan yang mendalam tentang sejarah masa lalu melalui bangunan indahnya.

Image : wikipedia.org

Kini wajah Venesia dari timur itu berangsung merana dan terancam hilang. Wajah bangunan megah itu berganti rupa dengan dinding-dinding yang semakin kusam tak terawat. Sejumlah bangunan terancam roboh dibiarkan tak terurus oleh pemiliknya. Dari sekitar 250 bangunan di kota lama, sebanyak 105 bangunan yang masuk dalam bangunan cagar budaya. Terdapat sekitar 15 bangunan penting yang bersejarah hilang begitu saja.

Baca Juga :
Sejarah Surabaya, Kota Pahlawan
Sejarah dan Perkembangan Kota Cimahi

Usaha pelestarian dan perawatan sepertinya masih menjadi kendala terbesar. Revitalisasi yang direncanakan pemerintah seolah terhenti tanpa aksi. Namun bagi sebagian orang, kota lama selalu memberikan inspirasi dan gairah. Salah satunya adalah geliat sejumlah komunitas untuk menghidupkan kembali kota yang lama mati.

Menurut Wawan salah seorang penggiat Komunitas Kota Lama Semarang mentakan “Saat ini di kota lama sendiri sudah terdapat berbagai macam aktivitas kegiatan. Salah satunya dari teman-teman penggiat kota lama yang mempunyai agenda setiap bulan berupa kletian kota lama dari orat oret dan komunitas seni rupanya kemudian ada juga kegiatan besar setiap tahun. Saya disini sebagai perwakilan dari teman-teman komunitas di kota lama merasa tertantang.

Dimana saya sebagai warga semarang merasakan bahwa saya sedari kecil melihat kota lama ini terlalu lama tidur panjang. Untuk itu bersama teman-teman komunitas, kami berharap kota lama bisa hidup lagi. Dengan berbagai macam aktivitas di kota Semarang, maka kota lama dijadikan sebuah ikon baru Semarang. Namun sayangnya saat ini para pemilik dari bangunan-bangunan lama sangat tidak care. Untuk itu kami dari komunitas penggiat kegiatan di kota lama mempunyai suatu pandangan yang berbeda dengan pemerintah.

Dalam arti disini kami ikut mengampanyekan dan memiliki visi dan misi. Kami ingin menunjukkan bahwa kota lama juga sangat menarik untuk dinikmati. Disitu ada sebuah cafe yang dinamakan dengan Cafe Noeri yang baru sekitar satu tahun yang lalu dibuka. Didalamnya terdapat segala sesuatu yang unik dan menarik. Dimana isinya menyesuaikan dengan keberadaan bangunan di kota lama.

Keberadaan cefe ini tidaklah mengubah bentuk bangunan aslinya, hanya merawatnya dan mendesain ulang asesories yang ada di dalamnya. Karena menurut kami, sebuah bangunan tua jika tidak dirubah bentuknya namun hanya dirubah fungsinya, maka bangunan tersebut cenderung akan bisa menarik orang untuk masuk ke dalamnya tanpa rasa takut”. Cafe Noeri menjadi sebuah oase bagi wisatawan untuk sekedar duduk atau merasakan atmosfer masa lalu.


Sumber : Harian Kompas 


Sejarah Surabaya, Kota Pahlawan

Tidak sekedar menyandang Kota Pahlawan, Kota Pahlawan Surabaya menyimpan sejarah perjuangan panjang dibaliknya. Hingga kini semangat pahlawan menjadi bagian tak terpisahkan dari warga dan kehidupan kota ini. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di nusantara. Pada usianya yang ke 270 tahun, Surabaya masih dan terus menjadi rumahnya bagi tak kurang 3 juta penghuninya.

Image : flickr.com

Kota ini juga tak henti torehkan deretan prestasi. Pemerintah masa depan terbaik se Asia Pasifik tahun 2013, kota ramah pejalan kaki, dan kota seribu taman baru sebagian diantaranya. Namun predikat yang senantiasa melekat erat, Surabaya adalah Kota Pahlawan. Predikat Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan berawal dari pertempuran besar pada tanggal 19 September 1945.

Baca Juga :
Sejarah dan Perkembangan Kota Cimahi
Bangunan Tua di Kota Lama Jakarta

Sejarah tersebut bermula dari sebuah Hotel yang bernama Hotel Yamato yang sekarang berubah nama menjadi Hotel Majapahit. Berdiri sejak tahun 1910 tepat di jantung kota, pemilik awalnya pedagang asal Armenia Lucas Martin Sarkis, perancangnya seorang arsitek asal Inggris James Afprey. Melewati serangkaian cerita kota, sekaligus menjadi saksi sejarah sebuah bangsa, Yamato, Oranje, dan Majapahit masa kini senantiasa kokoh berdiri.

Masih di tahun yang sama yaitu 1945 pasca kemerdekaan, bendera Belanda berkibar di tiap sudut Kota Surabaya dan salah satunya di puncak Hotel Yamato. Kondisi tersebut memicu kemarahan arek-arek Suroboyo (anak-anak Surabaya) dan dengan tekad mempertahankan Indonesia. Seorang pemuda berani keluar dari kerumunan dan memanjat tiang setinggi 12 meter untuk merobek warna biru bendera Belanda.

Dan akhirnya Sang Saka Merah Putih tetap berkibar di Kota Surabaya. Hotel Majapahit bukan satu-satunya fragmen dalam kisah patriotisme kota ini. Sebuah bangunan megah di Jalan Tunjungan yang kini beralih fungsi menjadi salah satu sentra bergulirnya roda ekonomi juga menyimpan sejuta histori. Salah satu tempat perbelanjaan megah berdiri di Jalan Tunjungan yaitu Tunjungan City yang menjadi pusat perbelanjaan elektronik di Kota Surabaya.

Namun tidak banyak yang tahu bahwa gedung Tunjungan City dahulu merupakan benteng untuk menahan serangan sekutu dari arah utara di tahun 1945. Sejatinya, setiap langkah, setiap ruas jalan dan setiap sudut Surabaya adalah sejarah. Tapi ada satu tempat yang merangkumkan semuanya dalam diorama-diorama juga mendokumentasi beragam prasasti, berbagai bukti serta menyimpan tekad dan semangat.

Puncak pertempuran besar terjadi 10 November 1945, salah satu tempatnya berada di sebuah bentang Jembatan Merah yang berada di pusat Kota Surabaya. Seorang Sejarawan Imam Widodo menorehkan sepenggal peristiwa berdarah ini di dalam bukunya. Kini 10 November di Kota Surabaya telah menjadi sejarah panjang membuat bukti kemerdekaan dan gelora perjuangan jadi bagian tak terpisahkan pada sendi kehidupan setiap warga.

Dan para penghuni kota punya sejuta cara mengenang perjuangan leluhur sekaligus pahlawan mereka. Salah satunya menghidupkan semangat juang dalam pertunjukan seni. Bukan sekedar unjuk gigi atau pamer kebolehan, melainkan berlandas kesadaran bahwa bangsa besar adalah bangsa yang mengharga jasa pahlawan serta senantiasa ingat pada akar sejarahnya.


Sumber : Net.TV

Kategori

Kategori