Kota Barus, Sejarah Yang Hilang

Barus, sebuah kota kecil dan terpencil di pesisir barat pantai Sumatera Utara. Barus berjarak 414 kilometer atau sekitar 12 jam perjalanan darat dari Medan Sumatera Utara. Barus adalah kota tertua di Nusantara. Tidak diketahui asal mula Barus serta penduduk aslinya. Seluruh catatan dan bukti sejarah yang ada menunjukkan bahwa masyarakat lokal penghuni Barus masa lalu adalah para pendatang dari Batak, Aceh, Melayu dan Minang.

Image : aswilblog.files.wordpress.com

Pada periode 627 Masehi atau sekitar tahun pertama hijriah, bangsa Arab mulai mengenalkan Islam di Barus. Saat Islam tiba di Barus, komunitas masyarakat Barus adalah penyembah berhala. Bangsa Arab menamakan Barus dengan sebutan Fansur atau Fansuri. Misalnya oleh penulis Sulaiman pada 851 Masehi dalam bukunya silsilatus tawarih. Ajaran Islam yang pertama kali diperkanalkan di Barus hanya jalan Tauhid dengan bacaan dua kalimat syahadat.

Beberapa ayat Al-Quran yang telah diajarkan di Barus adalah surat-surat Tauhid yang diturunkan di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah pada tahun 621 Masehi. Di Barus inilah untuk pertama kalinya Islam dikenal oleh bangsa-bangsa di Nusantara. Ajaran Islam yang diajarkan belum sampai syariat, karena pada saat komunitas Islam pertama ada di Barus ini, Rasulullah belum menerima perintah shalat dan juta puasa.

Sejarah Islam di Barus dan keberadaan raja-raja Barus masih harus diteliti pembuktiannya. Hingga kini sisa-sisa sejarah tentang Kerajaan Barus belum dapat ditemukan para arkeolog maupun sejarawan yang ada. Belum ada prasasti yang menemukan bahwa dulu Barus merupakan kota perdagangan yang sibuk. Seperti halnya prasasti-prasasti pada kerajaan Malaka, Aceh, Sriwijaya dan lain-lainnya yang memang menjadi sebuah bukti kuat keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut.

Besar kemungkinan pada masa kesultanan Barus, kontrol penguasa terhadap kota-kotanya kurang. Nama Barus mengalami pasang surut dalam sejarah nusantara. Berdasarkan catatan sejarah tiga kemungkinan musnahnya kejayaan Barus disebabkan oleh alam, dampak peperangan dan karena adanya sistem perdagangan monopoli.


Sumber : Seputar Indonesia, RCTI

Kategori

Kategori