Cerita Dibalik Masjid Istiqlal Yang Bediri Kokoh

Sejarah bangsa ini tak akan istimewa tanpa kehadiran Masjid Istiqlal. Sebuah masjid monumental yang terbesar di Asia Tenggara dan mampu menampung hingga 200 ribu jamaah. Masjid Istiqlal dibangun di bekas Taman Wilhelmina atau Wilhelmina Park di sisi timur laut Lapangan Medan Merdeka. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1951 dan diarsiteki oleh Friedrich Silaban seorang kristen. Friedrich memenangkan sayembara rancang bangun masjid dan mengalahkan 22 peserta lainnya.

Image : flickr.com

Menurut salah satu Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengungkapkan “Mereka (para tamu asing) sangat takjub, karena ternyata arsitek pembangunan Masjid Istiqlal yang begini kokoh itu ialah Silaban seorang non muslim (Katolik / Kristen). Mereka kaget kok bisa seorang kristen membuat gambar Masjid? Apa yang salah? Tidak ada. Sebab, seperti yang biasanya juga terjadi berapa banyak para ilmuan-ilmuan Muslim memberikan konstribusi terhadap rumah-rumah ibadah agama lain juga. Jadi umat Islam Indonesia itu adalah pembaca sejarah. Kami juga membaca bahwa salah satu ketakjuban mereka (tamu-tamu asing), ialah mengenai bangunan Masjid itu. Masjid seperti ini kokoh tidak ada satupun kayu di dalamnya dan semuanya besi-besi. Jadi kokoh sekali, sangat maskulin, sangat tangguh dan itulah lambang ke Indonesiaan itu sendiri. Bahwa Indonesia itu tangguh dan bisa disimbolkan dari Masjid Istiqlal”.

Baca Juga :
Pesona Islam Masjid Agung Kauman di Semarang
Sejarah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh 

Dalam perjalanannya, pembangunan Masjid Istiqlal sempat tensendat. Sejak direncanakan sejak tahun 1950 sampai 1965, pembangunannya tak mengalami banyak kemajuan. Lantaran masalah dana dan situasi politik yang kurang kondusif. Tujuh belas tahun kemudian Masjid Istiqlal selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada 22 Februari 1978. Semangat nasionalisme pun berpadu dengan filosofi religi pada arsitektur geometris modern Masjid yang dibangun dengan biaya 7 Milliar Rupiah ini. Masjid Istiqlal dibangun lima lantai sebagai simbol dari pondasi utama umat yakni rukun Islam. Diameter kubah yang panjangnya mencapai 45 meter melambangkan tahun kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Tinggi menara yang mencapai 6.666 centimeter adalah representasi dari jumlah keseluruhan ayat Al-Qur’an.

Nasaruddin Umar melanjutkan “Kalau ke Masjid Istiqlal, maka disamping masjid itu ada Gereja Besar Katedral. Nah, ini dua rumah ibadah yang besar berdampingan, yang mana itu juga merupakan simbol toleransi yang sangat penting di Indonesia. Dan ini merupakan hal yang sangat mahal. Salah satu faktor yang jadi pemersatu bangsa ini adalah Masjid Istiqlal itu sendiri. Masjid Istiqlal itu merangkum seluruh golongan-golongan umat Islam di Indonesia. Entah itu Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Al Wasliyah dan ada 64 ormas-ormas Islam, maka ‘Welcome to Masjid Istiqlal’. Masjid Istiqlal itu adalah Masjid bersama. Siapapun, Mahzab manapun boleh masuk di Masjid Istiqlal.

Islam adalah rahmat bagi semesta, Islam mengajarkan toleransi dan keterbukaan. Pesan inilah yang membuat pengunjung dan ribuan turis tak pernah surut mendatangi Masjid Istiqlal setiap bulannya.Salah satu pengunjung dari negeri tetangga Australia benama Emil menuturkan “Sangat Unik. Saya belum pernah melihat Masjid sebesar ini sebelumnya. Cukup menakjubkan. Hal yang pertama yang saya perhatikan dan saya pikir menakjubkan (karena letaknya bersebelahan dengan Gereja Katedral) adalah tempat ibadah dua agama yang berbeda berdiri saling berhadapan. Dan bagi saya itulah simbol kebersamaan yang sangat baik”.

Istiqlal yang dalam bahasa Arab berarti merdeka ini lahir sebagai perwujudan rasa syukur atas kemerdekaan bangsa. Masjid Istiqlal terbuka bagi siapapun yang ingin melihat Islam dan nilai kebangsaan Indonesia saling mengisi.



Sumber : CNN Indonesia 


EmoticonEmoticon