Predikat Kota Batik tak serta merta melekat pada salah satu kota di Jawa Tengah Ini. Dunia perBatikan di Pekalongan sudah dimulai pada Abad ke 18. Di kota ini, Batik yang awalnya hanya dipergunakan di lingkungan elite mampu berkembang menjadi produk handal yang bisa digunakan semua kalangan. Pertumbuhan industri Batik semakin tinggi.
Image : flickr.com
Didukung diberlakukannya ekonomi kerakyatan tahun 1950. Sejak saat itulah, muncul berbagai rumah produksi kerajinan Batik yang tersebar seantero Pekalongan. Salah satu industri Batik yang bisa dijadikan refernsi adalah Batik Nurlaba. Industri Batik ini lebih menitikberatkan pada karya cap. Teknik yang mereka gunakan bukan canting, melainkan menggunakan stempel tembaga berdimensi 20 x 20.
Satu rumah produksi Batik cap bisa memiliki ratusan hingga ribuan stempel tembaga dengan disain yang berbeda-beda. Untuk menghasilkan kain Batik, stempel tembaga dicelupkan pada cairan malam yang sudah direbus dalam suhu 60 hingga 70 derajat celcius. Sebagai informasi, ‘malam’ atau yang umumnya disebut sebagai lilin, adalah salah satu bahan baku yang penting untuk pembuatan kreasi Batik, khususnya Batik cap dan Batik tulis.
Nah, kembali kepada pencelupan stempal pada kain malam tadi, selanjutnya stempel ditekankan ke kain mori untuk membentuk corak awal. Jika cairan telah meresap, kain mori kemudian dicelupkan kedalam tangki yang berisi cairan pewarna. Pada tahap ini, cairan malam yang sudah mengeras akan terpisah dari kain dengan sendirinya. Proses pengecapan hingga pewarnaan ini diulang sesuai kompleksitas corak kain Batik. Setelah corak terbentuk, kain kemudian dijemur dengan cara dianginkan kurang lebih tiga hari.
Kain yang dijemur tidak diperkenankan terpapar matahari langsung untuk mencegah perubahan warna dan melelehnya cairan warna. Seiring kemajuan zaman, cara memBatik lebih beragam. Banyak terobosan-terobosan baru yang mampu mempermudah dalam mempersingkat waktu pengerjaan. Modernisasi proses produksi kain Batik ini secara tidak langsung memicu persaingan baru dikalangan perajin Batik Pekalongan.
Perang harga pun tidak bisa dihindari lagi. kain Batik dijual secara massal dengan berbagai macam model dan kegunaannya. Hal inilah yang lambat laun membentuk masyarakat Pekalongan menjadi pelaku bisnis kreatif. Di tengah semua keterbatasan, Pekalongan mampu tumbuh menjadi kota dengan produksi Batik terbesar di negeri ini. Sekaligus menjadi pelopor komersialisasi industri kain Batik.
Soal motif, pekalongan tidak terpaku pada satu pakem. Mengingat Batik merupakan salah satu bentuk ekonomi. Di kota ini menjadikan motif sebagai media penarik minat pembeli. Untuk menampung kreatifitas para perajin Batik di Kota Pekalongan, berbagai sentra penjualan Batik sengaja dibangun. Salah satu yang tersohor adalah Pasar Grosir Setono. Berdiri sejak awal tahun 2000an, Pasar Grosir Setono dipenuhi berbagai hasil produksi Batik.
Pasar Grosir ini juga membantu masyarakat yang ingin berburu kain Batik yang berkualitas dengan harga relatif murah. Dari proses panjang ini, tak berlebihan rasanya jika Pekalongan berpredikat sebagia Kota Batik. Kota yang mampu menghasilkan Batik dan hidup dari Batik.
Satu rumah produksi Batik cap bisa memiliki ratusan hingga ribuan stempel tembaga dengan disain yang berbeda-beda. Untuk menghasilkan kain Batik, stempel tembaga dicelupkan pada cairan malam yang sudah direbus dalam suhu 60 hingga 70 derajat celcius. Sebagai informasi, ‘malam’ atau yang umumnya disebut sebagai lilin, adalah salah satu bahan baku yang penting untuk pembuatan kreasi Batik, khususnya Batik cap dan Batik tulis.
Nah, kembali kepada pencelupan stempal pada kain malam tadi, selanjutnya stempel ditekankan ke kain mori untuk membentuk corak awal. Jika cairan telah meresap, kain mori kemudian dicelupkan kedalam tangki yang berisi cairan pewarna. Pada tahap ini, cairan malam yang sudah mengeras akan terpisah dari kain dengan sendirinya. Proses pengecapan hingga pewarnaan ini diulang sesuai kompleksitas corak kain Batik. Setelah corak terbentuk, kain kemudian dijemur dengan cara dianginkan kurang lebih tiga hari.
Kain yang dijemur tidak diperkenankan terpapar matahari langsung untuk mencegah perubahan warna dan melelehnya cairan warna. Seiring kemajuan zaman, cara memBatik lebih beragam. Banyak terobosan-terobosan baru yang mampu mempermudah dalam mempersingkat waktu pengerjaan. Modernisasi proses produksi kain Batik ini secara tidak langsung memicu persaingan baru dikalangan perajin Batik Pekalongan.
Perang harga pun tidak bisa dihindari lagi. kain Batik dijual secara massal dengan berbagai macam model dan kegunaannya. Hal inilah yang lambat laun membentuk masyarakat Pekalongan menjadi pelaku bisnis kreatif. Di tengah semua keterbatasan, Pekalongan mampu tumbuh menjadi kota dengan produksi Batik terbesar di negeri ini. Sekaligus menjadi pelopor komersialisasi industri kain Batik.
Soal motif, pekalongan tidak terpaku pada satu pakem. Mengingat Batik merupakan salah satu bentuk ekonomi. Di kota ini menjadikan motif sebagai media penarik minat pembeli. Untuk menampung kreatifitas para perajin Batik di Kota Pekalongan, berbagai sentra penjualan Batik sengaja dibangun. Salah satu yang tersohor adalah Pasar Grosir Setono. Berdiri sejak awal tahun 2000an, Pasar Grosir Setono dipenuhi berbagai hasil produksi Batik.
Pasar Grosir ini juga membantu masyarakat yang ingin berburu kain Batik yang berkualitas dengan harga relatif murah. Dari proses panjang ini, tak berlebihan rasanya jika Pekalongan berpredikat sebagia Kota Batik. Kota yang mampu menghasilkan Batik dan hidup dari Batik.
Sumber : Net. Jawa Tengah
EmoticonEmoticon