Bengawan Solo Purba Jawa Tengah

Sebagian dari anda pasti tahu dan pernah mendengar lagu tentang sungai terpanjang yang ada di Pulau Jawa ciptaan sang maestro Gesang. Tapi apakah anda tahu jika sebelum bermuara di Laut Jawa atau tepatnya di Gresik Jawa Timur Sungai Bengawan Solo juga sempat bermuara di Pantai Sadeng Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Jogjakarta.

Image : flickr.com

Sepintas Pantai Sadeng di Gunung Kidul Jogjakarta ini nyaris tidak berbeda dari pantai-pantai lainnya yang ada di Pulau Jawa. Warga pesisir pantainya menggantungkan hidup dari laut. Pantai Sadeng dimanfaatkan sebagai pelabuhan bagi nelayan sejak tahun 1983. Meski awalnya ada kearifan lokal yang melarang masyarakat untuk melaut di pantai tersebut, kini Pantai Sadeng justru menjadi salah satu pelabuhan nelayan tersibuk di Pulau Jawa.

Baca Juga :
Indonesia Merupakan Negeri di Tengah Cincin Api
Letusan Mahadasyat, Menyisakan Sejarah Toba di Tanah Samosir

Pantai Sadeng dulunya merupakan muara terakhir Sungai Bengawan Solo. Temuan ini karena ceruk pantai berbentuk teluk yang diperkirakan menjadi muara terakhir dari sungai yang mengalir dari utara menuju selatan. Terhentinya aliran Sungai Bengawan Solo terjadi pada akhir masa atau sekitar dua juga tahun yang lalu. Saat itu batu gamping formasi Wonosari pun mulai terangkat keatas permukaan laut.

Batu gamping muncul karena proses pengangkatan Geologi Subduksi dari lempeng Indo-Australia yang berada di bawah lempeng Eurasia. Bentunya menyerupai Pulau Jawa. Arah pergerakan lempeng yang menuju ke utara menjadi faktor pendukung munculnya formasi batu koral keatas permukaan laut. Hujaman lempeng dari jarak 150 kilo meter Laut Jawa inilah yang akhirnya mengakibatkan munculnya batuan koral dasar laut ke atas permukaan.

Hal ini yang kemudian mengakibatkan membaliknya arah Sungai Bengawan Solo yang dulu mengalir dari utara menuju selatan. Kecepatan proses pengangkatan yang tidak diimbangi pengerusan aliran Sungai Bengawan Solo, akhirnya mengakibatkan aliran sungai terbendung dan membentuk lingkaran danau di sekitaran lembah Baturetno sampai ke daerah Eromoko.

Salah satu penelitian yang dilakukan pakar geologi dari Belanda RW Van Bemenlen menyatakan Sungai Bengawan Solo secara geologis terletak di Pulau Jawa bagian timur. Hal ini terlihat dari lima satuan tektonik yang ada. Pertama jalur pegunungan yang merupakan sedimen gamping yang terangkat pada kala miosen sekitar 14 hingga 26 juga tahun yang lalu. Kedua jalur depresi tengah yang juga muncul jalur vulkanik kuarter di mulai dari Merapi Merbabu menuju ke arah timur.

Ketiga jalur kandeng yang berupa antiklorium timur barat berupa sedimen laut memiliki lebar 20 kilometer dengann panjang 250 kilometer. Keempat jalur depresi randublatung dengan lebar 10 sampai 20 kilometer yang dimana secara struktur merupakan bentuk negatif yang diisi oleh endapan aluvial di mulai dari Semarang/Randublatung/Cepu/Bojonegoro hingga Selat Madura.

Kelima jalur Rembang yang merupakan antiklinorium dengan lebar 80 kilometer yang terdiri dari bebatuan gamping atau curam bagian utara dengan pelipatan intensif dnegna bentuk asimetri yang sempit. Hingga saat ini jalur aliran Sungai Bengawan Solo yang dulu bermuara ke Pantai Sandeng atau Sungai Bengawan Solo Purba masih dapat kita saksikan jelas keelokannya di sekitar Kecamatan Girisubo Gunung Kidul.

Bekas bentukan aliran sungai berupa lembah Giritontro yang sangat terjal membentuk huruf U dengan kedalaman 100 hingga 200 meter memanjang dari Gunung Payung di sebelah barat Giriwoyo menuju kearah selatan yang kemudian berakhir di Pantai Sadeng Gunung Kidul. Perbedaan ketinggian lembah Giritontro yang merupakan bekas aliran Sungai Bengawan Solo Purba dengan lembah sungai Bengawan Solo saat ini mengalir ke arah laut Jawa berkisar 100 meter.

Hal ini disebabkan struktur cesar Pucunglangan yang memanjang dari Gunung Batok di daerah Pacitan sampai dengan Gunung Kukusan di  daerah Wonogiri. Struktur cesar Pucunglangan mengakibatkan terbentuknya cekungan Baturetno dan lembah menggantung dibatasi tebing curam di sebelah timur Desa Sumur. 

Lembah ini merupakan bagian dari alur Lembah Giritontro yang terpotong tebing curam di sisi tenggaran cekungan Baturetno. Terbentuk secara alami akibat naiknya lempengan dasar laut ke atas permukaan dikelilingi topografi perbukitan di sisi barat dan timur. Sisi ini dibatasi gawir-gawir bertingkat dan terjal dari arah timur laut sampai barat daya. Ketidakselarsan formasi wonosari menyebabkan batu lempung hitam dan batu pasir konglomerat terendap di atasnya.

Batu lumpur hitam terendap di bagian tengah sedangkan batu pasir kongklomerat di alur lembah. Kini Sungai Bengawan Solo telah mengalir tenang menuju laut Jawa melewati dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Meskipun peradaban sudah semakin maju, hingga kini masih banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari aliran sungai ini.

Hulu sungai berasal dari perbukitan kapur di Pegunungan Seribu Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah menjadi penyuplai Waduk Gajah Mungkur. Waduk buatan ini sebelumnya merupakan waduk alami bagian dari cekungan Baturetno. Gejala alam memang selalu memberikan kejutan tersendiri bagi kita yang tinggal di atasnya.

Tidak terkecuali bagi Sungai Bengawan Solo yang dahulu mengalir tenang ke laut selatan Pulau Jawa, namun tiba-tiba berubah karena adanya pergerakan lempeng bumi yang ada dibawahnya. Dengan sifat dinamisnya bumi kita mungkinkan aliran Sungai Bengawan Solo ini akan berubah lagi?



Rahasia Zaman, Trans7


EmoticonEmoticon